Islamophobia di Negeri Mayoritas Muslim



Oleh : 
Chairani Wulandari



Aksi terorisme yang gencar diboomingkan media massa saat ini sungguh telah berhasil menggiring opini masyarakat. Setelah kejadian terorisme di gedung World Trade Center pada 11 September 2001 silam, media massa gencar memberitakan aksi-aksi terorisme yang ada dan seolah-olah perbuatan tersebut dilakukan oleh muslim atas nama jihad. Semenjak itu pula muncul istilah ‘islamophobia’. Islamophobia adalah suatu gerakan penolakan Islam dan Muslim yang muncul secara masif di beberapa negara di Amerika dan Eropa. Akibat dari gerakan ini yaitu banyaknya aksi penolakan secara verbal dan nonverbal kepada umat muslim, pelarangan muslimah mengenakan pakaian syar’i, hingga munculnya komik serta film yang menghina Rasulullah saw. dan simbol-simbol Islam lainnya.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya dengan mudah menyebarkan fitnah ini hingga ke negara-negara berkembang di belahan dunia. Tanpa terkecuali Indonesia, negara dengan umat muslim terbanyak di dunia. Pemberitaan melalui media massa dianggap sangat penting bagi Amerika Serikat[1]. Oleh karenanya media massa merupakan tunggangan termudah mereka dalam menyebarkan Islamophobia bahkan ke tengah-tengah umat muslim. Saat ini telah terlihat beberapa media massa di Indonesia lebih menyudutkan Islam dan Muslim seperti contoh MetroTV dan Tempo.co, serta ditambah lagi dengan media massa luar yang sudah berafiliasi dengan media-media Indonesia seperti BBC dan CNN. Perbedaannya, Islamophobia/Muslimophobia/anti-Arab di Indonesia ditampilkan dengan wajah yang begitu halus. Masyarakat Indonesia tentu masih ingat dengan gembong teroris M. Azahari dan Nurdin M. Top. Kisah mereka menjadi awal mula Islamophobiadan berbagai tindakan teroris di Indonesia.
Image result for rohis metro tvDampak dari gencarnya pemahaman islamophobia –yang tidak secara eksplisit diberitakan oleh media massa–  salah satunya adalah munculnya ketakutan masyarakat akan pemahaman Islam yang kaffah karena penganut Islam yang kaffah selalu diidentikkan dengan teroris, ekstrimis, dan radikal. Hal tersebut juga didukung dengan pemberitaan di MetroTV yang berjudul ‘Awas, Generasi Baru Teroris!’ pada tahun 2013 silam yang menyebutkan poin-poin penting dalam perekrutan teroris yang mengarah pada kegiatan Rohis di sekolah-sekolah[2]. Dampak lainnya adalah pemblokiran situs-situs rujukan umat Muslim di Indonesia seperti Eramuslim.com, Dakwatuna.com, dan banyak lagi, sedangkan situs-situs milik Jaringan Islam Liberal dan situs-situs sejenisnya dibiarkan begitu saja.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing[3]

Wallahua’lam..



[1]William L. Rivers, Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2003
[2]http://www.merdeka.com/peristiwa/sebut-rohis-sarang-teroris-metro-tv-dituntut-minta-maaf.html
[3]HR. Muslim no. 145

No comments:

Post a Comment

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com