Cerpen Ramadhan

Hasil gambar untuk Ramadhan
Oleh:
Pramestya Wahyu Ambangsari

"Cuy, makalah udah direvisi?"
"Astaghfirullah, sori sori, semalam aku rapat buat acara besok pagi."
"Waduh, padahal terakhir dikumpulin nanti sore."
"Ntar kucoba selesaiin pas kelas deh."
"Ya, oke. Tolong banget, ya. Sori nggak bisa bantu lagi, aku udah keburu deadline lain."
"Oke nggak apa. Maaf yaa."

Panggilan suara berakhir setelah aku menginjak lantai dua gedung kampus. Lelah. Ini nggak sekadar lelah karena lari dari parkiran saat puasa, tapi lebih dari itu.

Sebulan ini, perkuliahan hectic. Semua mata kuliah minta jadwal tambahan. Semua organisasi ngejar proker. Semua orang menuntut orang lain. Semua jadwal bertabrakan saling mementalkan yang lain.

Lelah. Bahkan ada keinginan untuk menyerah. Tapi, aku bukan orang yang meninggalkan tanggung jawab begitu saja. Aku masih akan mengerjakan sekalipun nggak sempurna.

Kenyataannya, semuanya malah berantakan. Pekerjaan-pekerjaan yang nggak tuntas karena harus disambi pekerjaan lain, pikiran-pikiran yang nggak tuntas mengalirkan ide, dan tenaga-tenaga yang nggak tuntas menyelesaikan satu masalah. Semuanya seperti telur setengah matang. Yang aku sendiri nggak doyan.

Lelah. Sumpah. Bukan ini yang aku mau di bulan ramadan tahun ini. Aku ingin menyelesaikan satu-satu tugas duniawiku, mencari amalan akhirat, dan menjadi orang yang tenang. Sama sekali bukan ini.

Ramadan tahun ini, anggap saja nihil!

Aku hanya mengejar dunia setelah aku berpikir untuk bisa membaca satu juz setiap hari. Aku masih saja mengejar dunia setelah aku berpikir akan mengaji di maskam. Aku masih saja mengejar dunia setelah aku ingat tahun lalu aku malah cuma nonton drama Korea. Aku masih tetap mengejar dunia setelah ayahku mengirim pesan, 'Jaga kesehatan, baca Alquran.'.

Rasanya pengen menangis. Menyesal kenapa waktu begitu cepat kuhabiskan untuk sesuatu yang hasilnya pun tidak pasti, duniawi.

Tapi, apa udah cuma mau ngeluh gitu doang? Nggak. Sama sekali nggak. Aku sadar ramadan tahun ini parah banget amalanku. Tapi ini berhasil membuatku ingat, "Don't wait for the perfect moment. Take the moment and make it perfect."

Humanistiklah.

"Makalah udah ditaruh di meja dosen?"
"Udah kok."
"Oke makasih. Betewe, besok datang rapat bisa?"
"Wah, sorry banget. Besok jadwalku buat pulkam. Aku harus pulkam cepet mumpung masih ramadan. Laporan dari divisiku udah kucatatin kok. Nanti kukirim ke kamu."
"Ya udah kalo gitu, kutunggu ya. Hati-hati di jalan juga."
"Thanks banget ya."

"Oke sami-sami."

No comments:

Post a Comment

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com