Kenapa Kita Terpanggil untuk Kembali?



Oleh : Sanjaya .L.J
Setelah menikmati masa-masa tenang yang cukup panjang, akhirnya kita semua terpanggil kembali ke tanah perantauan. Yap, tempat kita berbagi cerita dan menimba ilmu bersama sebagai makhluk ciptaan-Nya yang berakal. Sejenak kita harus membangun kembali semangat dan asa yang pernah terbersit untuk kita perjuangkan. Hingga suatu saat kita melihat bahwa apa yang kita usahakan tidaklah hampa. “Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-Ahqaf 14).
Semester baru sudah sepatutnya menjadi motivasi bagi kita untuk mengoreksi dan membenahi diri. Suatu tujuan baru terpampang jelas di depan jalan yang akan kita pilih, tinggal bagaimana cara kita menjalaninya. Kekurangan yang kita rasakan di tengah tahun berlalu, merupakan semangat bagi kita untuk berjuang lebih pada semseter ini. "Janganlah  kamu bersikap lemah. dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (QS Al-Imran: 139). Tokoh pelopor humanistic telah mengungkapkan kebutuhan tertinggi akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, manusia memiliki dorongan untuk mengambangkan potensi dirinya. Rasa tidak puas akan sesuatu yang telah kita miliki, menjadi motivasi yang besar untuk menentukan standar lebih tinggi yang akan kita capai.
Kesempurnaan adalah milik Allah SWT, maka ingatlah ketika kita duduk ada sesuatu yang lebih tinggi bahkan ketika kita berusaha berdiri tetap ada sesuatu yang lebih tinggi. Apabila kita merasa berhasil melakukan yang terbaik di waktu yang lalu, hal ini menjadi cambuk yang lebih keras untuk terus meningkatkannya. Mc Clelland mengungkapkan, bahwa adanya motivasi pencapaian (n Ach) mendorong individu untuk mencapai prestasi yang tinggi dengan bersaing dan selalu mencoba mendapat kepuasan dalam hal-hal yang lebih. Namun perlu diingat, untuk tidak mambanggakan kelebihan yang kita miliki atas orang lain. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18). 
Oleh karena itu kita harus membatasi diri dalam mempergunakan kelebihan yang kita miliki,
Perlu kita ingat bahwa manusia sebagai khalifah di bumi diperintahkan untuk selalu berlomba dalam meraih kebaikan sebagaimana firman-Nya yang berbunyi “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yg ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 148).Oleh karena itu, kita harus terus meningkatkan amal baik yang kita miliki termasuk dalam mengejar ilmu. Ketika kita mulai lengah dan sering mengeluh, ingatlah bahwa Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang yang berilmu, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al Mujaadillah: 11). Beramal baik memang selalu terlihat lebih sulit, namun ketika kita memalingkan diri, sesungguhnya kita telah melewatkan satu jalan menuju surga. Semoga renungan ini dapat memacu kita untuk tetap rendah hati dan selalu berusaha melakukan yang terbaik. Yuk kita buat semester baru sebagai sumber semangat baru!

No comments:

Post a Comment

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com