Aku Datang



           
Dua bulan, waktu yang sangat panjang jika hanya digunakan sekadar untuk menyegarkan pikiran, melarikan diri dari hiruk pikuk perkuliahan, atau untuk bercengkrama dengan kemalasan. Hingga akhirnya sang waktu menghantarkan kita untuk kembali ke ranah bertamasya, tempat yang sangat dipersilakan untuk rakus menyantap ilmu. Jika diperdengarkan dengan kalimat “kembali ke kampus” umumnya otak akan memproses informasi tersebut dan munculah di pikiran kita berbagai spekulasi, “kembali dihantui tugas”, “harus bangun pagi setiap hari”, dan spekulasi lainnya. Ingatlah bahwa ketika melakukan semua hal jika ditujukan ikhlas semata-mata mengharap ridho Sang Kholiq, sungguh tanamkanlah di dalam hati bahwa Allah Maha Adil dan tidak pernah menyia-nyiakan usaha hambaNya. “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu...” (QS. At-Taubah : 105).   
Semester baru, selayaknya kita kembali mengobarkan motivasi seperti sedia kala ketika untuk pertama kalinya mulai mendayungkan ruh menjadi mahasiswa. Menjadi pribadi tangguh yang tak hanya berorientasi kesuksesan dunia semata. Kegagalan ataupun keterpurukan yang pernah dihadapi sebelumnya, anggaplah sebagai tombak yang justru akan membantu menusuk keputus asaan hingga terbentang permadani kesuksesan. “Dan janganlah kamu merasa lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran: 139). Ayat tersebut merupakan bentuk motivasi yang diberikan oleh Rabb kepada hambaNya supaya untuk tidak berputus asa.
Menjadi pribadi berprestasi tentu idaman setiap orang, hal ini karena manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu aktualisasi diri yang dapat berbentuk sebuah pencapaian prestasi. Hanya saja tidak semua orang memiliki kemampuan, kesempatan, dan ditakdirkan untuk menjadi demikian. Menurut Mc.Clleland manusia memiliki tiga dorongan kebutuhan, salah satu di antaranya yaitu kebutuhan untuk berprestasi. Melalui kebutuhan ini maka manusia akan berlomba-lomba untuk mencapai keinginan prestasi tertentu dan mendapatkan predikat terpuji. Dalam pencapaian prestasi, seyogyanya kita tidak lalai dengan tanggung jawab yang harus diemban, mempertimbangkan resiko atas keputusan yang diambil, dan bersikap tawadhu’. Seperti perumpamaan yang telah Allah tunjukan melalui sebatang padi yang semakin berisi maka semakin merunduk. “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’ : 37). Selain itu yang terpenting adalah bentuk tawakkal seorang hamba kepada Rabbnya setelah melakukan segenap upaya dan do’a. Yakinilah bahwa apa yang kita peroleh merupakan hal terindah dan terbaik yang Allah anugerahkan. “Maka nikmat Rabbmu yang manakah yang kamu dustakan?”     
Semester baru? Ayo kobarkan semangat baru yang lebih menggebu. Ikhlas mengharap ridho Allah semata. Wa kafaa billaahi syahiidaa.

No comments:

Post a Comment

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com