Oleh : Chairani W. Hasibuan
Abu Dzar RA pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu
daripada Dajjal?” Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhilin (menyesatkan)”
(HR. Ahmad)
Hadits di atas menjelaskan tentang
pentingnya peran seorang pemimpin. Layaknya sebuah tim dalam pendakian gunung
dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu membimbing anggotanya agar selamat di
perjalanan sehingga dapat mencapai puncak dan selamat juga ketika turun.
Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Coba kita tanyakan kepada diri kita
sendiri, mau dibawa kemana hubungan kita? –ehem.. salah fokus- maksudnya coba
tanyakan pada diri kita, mau dibawa kemana diri ini? Apa saja yang telah kita
lakukan untuk menuju itu? Bagaimana tentang hubungan kita dengan Allah?
Bagaimana hubungan kita dengan sesama manusia? Loh kok malah jadi nanya ke diri sendiri? Eits.. Jangan lupa kalau
kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Bagaimana jawabannya? Saya yakin
para pembaca menjawabnya juga agak ragu-ragu. Semoga kita bukan salah satu
pemimpin yang menyesatkan diri sendiri. Aamiin. Tapi kali ini saya gak membahas
tentang itu. Artikel ini akan membahas pemimpin secara keseluruhan. Ternyata,
walaupun Allah SAW telah menerangkan dalam Al-Qur’an bahwa tiap-tiap dari kita
adalah seorang Khalifah di muka bumi
ini, tetapi kita juga butuh Imam atau pemimpin. Perkara tentang pemimpin
yang memimpin pemimpin ini tidaklah mudah. Islam sebagai agama rahmatan ‘alamin telah mengatur tentang
pemimpin dan kepemimpinan tersebut.
Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Islam
Kriteria seorang pemimpin yang ideal
telah cukup jelas dipaparkan dalam Al-Quran dan Hadits, juga telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW dan juga para sahabat Nabi. Allah berfirman dalam QS.
Al-Anbiya ayat 73 “Kami telah menjadikan
mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan
kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
selalu mengabdi.” Ayat tersebut sebenarnya menjelaskan tentang sifat-sifat
para nabi Allah yang senantiasa melakukan kebajikan. Namun, ayat tersebut juga
bisa kita gunakan dalam konteks memilih pemimpin yang baik –ehem.. bisa juga
dipakai untuk memilih calon pemimpin keluarga. hehehe..
Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an juga
keterangan-keterangan dalam Hadits yang menjelaskan tentang kriteria pemimpin
ideal. Namun dalam berbagai banyaknya penjelasan tersebut, para ulama menyimpulkan
ada empat sifat nabi yang dapat menjadi patokan untuk mengetahui kriteria
pemimpin ideal, yaitu shiddiq, amanah,
tabligh, fathonah.
Shiddiq artinya benar. Seorang pemimpin harus
berkata dan berbuat yang benar. Perkataan dan perbuatannya harus sejalan.
Seorang pemimpin tidak boleh bersifat Kidzib
yang artinya dusta. Apa yang diucapkan dan diperbuat berbeda dengan apa yang
ada di dalam hatinya.
Amanah artinya dapat dipercaya. Seorang
pemimpin haruslah orang yang dapat dipercaya, sehingga akan mungcul ketentraman
di dalam hati orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin bukanlah bersifat Khianat yang artinya curang, tidak dapat
dipercaya, mengkhianati.
Tabligh artinya menyampaikan. Seorang pemimpin
haruslah senantiasa menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit dan tidak boleh
menyembunyikannya. Seorang pemimpin tidak boleh bersifat Kitman yang artinya menyembunyikan.
Fathonah artinya cerdas. Seorang pemimpin
haruslah cerdas, memiliki pengetahuan yang luas untuk memimpin orang-orang yang
akan dipimpinnya. Seorang pemimpin yang cerdas tentu akan lebih bisa mengatasi
masalah-masalah yang ada pada kelompok yang dipimpinnya tersebut dan memberikan
keuntungan-keuntungan lain. Seorang pemimpin tidak boleh bersifat Baladah yang artinya bodoh.
Pemimpin Saat Ini
Emm…para pembaca pasti sudah tau bagaimana
kondisi bangsa kita saat ini. Yap! Kita sedang dalam kondisi krisis akan
pemimpin yang sesuai dengan kriteria di atas. Lihat aja tingkah laku para
pejabat negeri yang tak henti-hentinya membuat kita menggeleng-gelengkan
kepala. Para pejabat kita seakan masih diliputi masalah harta, tahta, dan
wanita –rakyatnya nggak dipikirin. hhu.. Belum lagi praktik politik balas budi
yang gak ada henti-hentinya.
Kenyataan tersebut membuat kita berpikir ulang
bahwa kita yang telah salah memilih pemimpin. Huh, ini mungkin juga salah kita sebagai
pemilih pemula yang memilih mereka hanya dari cakep atau nggaknya, jutek atau
ramahnya, atau muda atau tuanya ketika kita melihat foto mereka di kertas
pemilu yang lalu. Ternyata bisa jadi orang-orang yang kita pilih beberapa bulan
yang lalu tidak amanah –waduh. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda “Sesungguhnya akan datang kepada manusia
tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang-orang
jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanah
dituduh khianat. Dan pada saat itu para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada
yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang
berbicara tentang urusan orang banyak (umat)’.” (HR. Ahmad). Hadits ini
juga jadi ngingetin saya tentang segala konflik yang ada pada pemilu lalu,
sampai ada dua kubu, sampai –kabarnya– akan ada kerusuhan dan sebagainya, yang
menandakan kalau bangsa ini sudah terpecah belah –seperti barang pecah belah, bias
dibongkar-pasang, berarti rakyat saat ini pun bisa disatukan kembali setelah
terbelah. hehehe.. Saat itu ada banyak orang yang sebenarnya tidak mengerti
tentang apa yang ia bicarakan, tetapi ia mempublikasikan hal tersebut dan
banyak yang meyakininya. Wallahua’lam
Dalam riwayat Thabrani dari hadits Abu
Dzar, Rasulullah SAW bersabda, “Hari
kiamat tidak terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.” Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak. Ada
juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan
kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga
digunakan untuk anak kecil. Dan jika digunakan untuk orang dewasa, maka yang
dimaksud adalah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib
al-Hadits, Ibnu Atsir: 4/268). Di atas telah di sebutkan tentang kriteria
pemimpin ideal salah satunya adalah fathonah
yang artinya cerdas. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini –tidak hanya dalam
lingkup kenegaraan, mungkin diantara kita juga– banyak kita temui pemimpin yang
tidak amanah karena mereka tidak memiliki pengerahuan akan jabatannya tersebut.
Apa yang akan dia lakukan dengan jabatannya tersebut jika dia tidak berkompeten
dalam bidang tersebut?? Pemimpin yang tidak fathonah,
mengakibatkan tidak amanah, tidak shiddiq, apalagi tabligh. Pemimpin yang tidak memiliki wawasan yang luas malah akan
menyesatkan orang-orang yang dipimpinnya. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku
adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR.
Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Darimi)
Pemimpin itu harus adil, sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS. Shad:22, “Wahai
Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara
manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.” Ehem.. lagi-lagi para pembaca juga sudah tau
bagaimana kondisi bangsa saat ini. Yap! Banyak berita yang setiap hari kita
dengar dan lihat tentang para pemimpin yang zalim, alias tidak berbuat adil
karena arti dari adil tersebut adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, tidak
timpang sebelah. Allah SWT
tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang
menyebutkan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim, salah
satunya adalah QS. Al-Baqarah:124 “Dan
(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan). Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’.
Allah berfirman, ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim’.” Walaupun
sifat zalim sangatlah dibenci Allah, tetapi tidak jarang para pemimpin saat ini
melakukan kezaliman kepada rakyatnya.
Kita Pemimpin Masa Depan
Berapa usia
pembaca saat ini? Pasti banyak pembaca yang masih berada pada usia muda saat
ini. Sebagai golongan muda, bangsa ini membebankan kepada kita untuk menjadi
pemimpin di masa depan. Mau tidak mau memang kita yang seharusnya menjadi
pemimpin di masa depan. Tapi apakah menjadi pemimpin adalah perkara mudah? Tadi
kan udah dibahas ya kalau jadi pemimpin itu gak mudah. So, persiapkanlah diri kita untuk menjadi pemimpin di masa depan
saat ini juga. Kalau kita tidak belajar dari sekarang tentang bagaimana menjadi
pemimpin yang baik, pasti masalah-masalah di atas hanya akan berulang ketika
generasi kita, atau bahkan lebih parah lagi masalahnya. Dan yang lebih penting
lagi, tiap-tiap kita adalah seorang pemimpin, dan kita akan diminta pertanggung
jawabannya oleh Allah SWT. Dari
Abdullah bin Umar RA “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ‘Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin
yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin
dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan
tanggung jawabnya tersebut’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
No comments:
Post a Comment