Lika-Liku Penetapan Hari Anak Nasional



Oleh:
Andreyzal Helansusanda Pratama

Penetapan peringatan hari anak nasional ternyata cukup bersejarah dan terbilang rumit. Dimulai dari era orde lamanya Soekarno hingga orde barunya Soeharto. Pencetus pertama peringatan hari anak berasal dari Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Kowani pada sidangnya di tahun 1951 mengupayakan penetapan Hari Kanak-kanak Nasional. Setelah itu pada tahun 1952 ditindaklanjuti dengan digelarnya Pekan Kanak-kanak di Istana Merdeka dan disambut oleh Soekarno. Dengan penetapan yang lebih serius, peringatan hari anak nasional ditetapkan pada pekan kedua bulan Juli atau pada saat liburan kenaikan kelas. Akan tetapi, hari penetapan tersebut dinilai tidak memiliki makna dan nilai historisnya. Maka dari itu, penetapan tersebut lagi-lagi gagal.
Pada tahun 1959, artikel “Mencari Jejak Hari Anak” tulisan Budi Setiyono terdapat informasi bahwa pemerintah telah menetapkan peringatan Hari Anak Nasional pada tanggal 1-3 Juni bersamaan dengan peringatan Hari Anak Internasional pada 1 Juni. Selain itu, terdapat usulan lain dari Kowani yang mengusulkan Hari Anak nasional ditetapkan pada tanggal 6 Juni kepada Bung Karno. Bung Karno pun menyetujuinya.
Setelah orde baru menggantikan orde lama, persoalan timbul kembali. Presiden Soeharto pada waktu itu berupaya merombak besar-besaran segala kebijakan yang ditetapkan pada era orde lama, termasuk pada penetapan Hari Anak Nasional. Beberapa kali Hari Anak Nasional mengalami perubahan hingga pada akhirnya Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984 yang berisi bahwa Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli. Penetapan tanggal tersebut diseleraskan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979.
Begitu panjang dan rumit penetapan hari anak tersebut. Pergantian kekuasaan dari orde lama ke orde baru juga juga membuat persoalan tersendiri, yaitu banyaknya perubahan tanggal ditetapkannya Hari Anak Nasional. Selain penetapan tersebut menekankan pentingnya makna historis, hal yang tidak kalah penting bahwa penetapan Hari Anak Nasional juga memiliki tujuan yang besar. Penetapan Hari Anak Nasional tentu bertujuan agar anak-anak di Indonesia benar-benar diperhatikan dalam tumbuh kembangnya. Berbagai cara dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta untuk menyediakan berbagai wadah untuk berkembang seperti melalui pendidikan formal. Selain itu, pendidikan di lingkungan rumah juga sangat penting untuk membentuk nilai dan norma yang diterapkan oleh keluarga.

0

Anak dan Gadget


Oleh:
Khauranina Hisaanah

Cobalah sesekali kalian perhatikan anak-anak kecil di zaman sekarang. Kebanyakan anak-anak di zaman sekarang ini sangat dekat dengan gadget. Entah itu sedang di rumah, saat bermain bersama teman-temannya, pasti ada saatnya mereka terpaku dengan gadget mereka dan cenderung mengasingkan diri dari lingkungan sosialnya. Pemandangan tersebut sering sekali kita lihat bukan? Bahkan mungkin beberapa orang yang melihat anak yang kecanduan gadget merasa risih dan muncul pertanyaan di benak orang tersebut. Mengapa anak itu di biarkan bermain gadget terus menerus?

Nah pada era millenial di zaman modern ini, Gadget dijadikan senjata terampuh bagi orang tua untuk menenangkan anaknya agar tidak rewel sehingga mengganggu aktivitas mereka. Meskipun mereka tahu bahwa gadget itu tidak baik untuk anak kecil, namun mereka tetap memberikannya Gadget ketika sedang dalam keadaan kepepet. Terdapat juga beberapa orang tua yang sengaja memberikan gadget kepada anaknya untuk kepentingan komunikasi. Namun, gadget yang  dilengkapi  berbagai fitur juga menjadi pintu masuk bagi anak-anak yang merasa penasaran untuk mengakses media sosial, game, dan fitur lainnya yang belum sesuai untuk usianya.

Baru-baru ini, terdapat kasus yang melibatkan 5 orang anak di Jember, Jawa Timur yang mengalami gangguan kejiwaan karena kecanduan game online. Kegiatan penting seperti belajar dan makan pun mereka abaikan. Dan mereka menjadi cenderung emosional. Saat ini, 5 orang anak tersebut sedang menjalankan perawatan kejiwaan di rumah sakit. Memang sangat miris sekali bukan mendengar berita tersebut. Oleh karena itu, sangat penting kita , atau khususnya para orang tua ketahui tentang bahaya gadget bagi anak usia dini. Terdapat banyak dampak buruk yang terjadi jika anak-anak kecanduan gadget diantaranya :

1.       Waktu terbuang sia-sia.
Anak-anak akan sering lupa waktu ketika sedang asyik bermain gadget. Mereka membuang waktu untuk aktivitas yang tidak terlalu penting, padahal, mereka dapat menggunakan waktu tersebut seperti untuk belajar, bersosialisasi, dan aktivitas lainnya yang mendukung kematangan aspek perkembangan pada dirinya.
2.       Perkembangan otak.
Terlalu lama menggunakan gadget dalam aktivitas sehari-hari akan mengganggu perkembangan otak sehingga menghambat kemampuan berbicara anak karena anak terlalu banyak fokus terhadap gadget sehingga mengurangi keinginan untuk mengobrol dan bersosialisasi dengan orang lain, sehingga mereka kurang dapat mengekspresikan diri mereka.
3.       Banyak fitur aplikasi pada gadget yang tidak sesuai dengan usia anak, yang tidak mengandung edukasi nilai dan norma, seperti game yang mengandung kekerasan, konten-konten dalam you tube yang tidak pantas, dan yang lainnya. Maka dari itu orang tua perlu mendampingi annak mereka ketika bermain gadget.
4.       Mengganggu kesehatan.
Terlalu sering anak menggunakan gadget, kesehatan mereka pun akan terganggu, terutama pada mata. Sinar ultraviolet yang terpancar dari gadget dapat membuat mata menjadi minus. Dan radiasi gadget dalam jangka panjang akan merusak jaringan tubuh dan  menimbulkan penyakit seperti kanker, tumor otak, Alzheimer, dan sakit kepala. Selain itu minat baca pada anak pun akan berkurang karena anak terbisa melihat animasi bergerak pada gadget dan tidak tertarik pada tulisan.
5.       Ketertarikan anak untuk bermain di luar atau melakukan kegiatan lain pun menghilang sehingga mereka menjadi individualis. Anak-anak pun akan kehilangan minat mereka terhadap sesuatu yang mendukung perkembangan mereka. Dan tingkat kreativitas anak pun akan berkurang begitu pula kemampuan anak untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Anak lebih memilih bermain game di dalam rumah dari pada bermain bola di lapangan saat berlibur.

Sumber :
  1. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/dinamika/article/viewFile/842/586&ved=2ahUKEwiI46inh8DjAhXMQY8KHUb4DuEQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw2u0QQV6TfsOmPSdgZZKGAy
  2. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://regional.kompas.com/read/2019/04/01/15041011/kecanduan-game-online-5-anak-di-jember-jalani-perawatan-kejiwaan&ved=0ahUKEwjW18TikcDjAhVZOisKHWLHBIcQqQIIKigBMAQ&usg=AOvVaw26FC4uJk2EUgC6Lzo5JIt8


0

Katanya Rindu

Oleh:
Mutia Isnaini Hanifah

Gambar terkait

Ketika waktu semakin dekat bertemu denganku. Kau mengatakan jika sangat merindukanku.  Hal itu kau tunjukan di seluruh sosial mediamu.  Saat aku datang dan menghampirimu ternyata kau sibuk dengan segala jadwal buka bersamamu.  Kau tak memaknai dan menghargai pertemuan denganku.  Kau bohong dengan kata-kata rindu yang pernah kau utarakan.  Baca Qur'an dan kajian pun kau alihkan dengan senda gurau dengan kawan lamamu.  Sholat pun kau tunda karena asyik bercengkrama  masa-masa sekolah. Lalu,  ketika tarawih menghampiri kau tak kunjung memaksimalkan pertemuan denganku. Kau malah masih tetap melanjutkan kebercandaanmu itu. Aku ingin menagih janji tentang rindu itu?  Apakah itu palsu? Kini aku akan beranjak pergi, kau tak juga memaksimalkan pertemuan ini. Kau malah asyik memilah-milah baju untuk bersolek di hari raya.  Apakah kau tau pertemuan ini akan kah menjadi pertemuan terakhir?  

Aku yang kecewa bertemu denganmu. Apakah aku boleh tak ingin bertemu denganmu lagi? 
0

Bersosial Media di Bulan Ramadhan

Oleh:
Audita Kusuma Astuti

 Hasil gambar untuk sosmed ramadhan

Kita semakin dekat dengan hari kemenangan dan bulan Ramadhan akan semakin cepat meninggalkan kita. Ketika waktu itu tiba, baik di dunia maya maupun dunia nyata akan banyak aktifitas untuk saling memaafkan antar sesama.
Di era modern dan teknologi yang semakin canggih, media sosial menjadi pintu-pintu kekhilafan, gerbang dosa, tantangan menjaga iman, dan tuntutan untuk menjaga hati. Banyak hal duniawi yang menggiurkan dan sering kali kita lupa bahwa itu adalah sumber dosa jika tidak digunakan secara bijak.
Bahkan, dengan media sosial kita umat manusia semakin mudah untuk menyebarkan fitnah atau hoax yang dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan diantara kita sesama manusia. Sering kali kita terlanjur terprovokasi dengan isu-isu yang belum diklarifikasi kebenarannya dan menyebarkannya tanpa berpikir dua kali.
Bulan Ramadhan merupakan waktu terbaik kita untuk bisa lebih bekerja keras melatih diri, menahan diri agar tidak terburu-buru mengambil kesimpulan suatu kabar yang belum terklarifikasi kebenarnya. Nah, oleh karena itu mari gunakan media sosial dengan bijak. Apa yang kita baca dan lakukan di media sosial akan mempengaruhi pikiran kita, dan akan berimbas kepada sikap kita.
Semoga Ramadhan dapat mengantarkan kita menuju Syawal dengan hati dan jiwa yang bersih. Menggunakan media sosial sebagai sarana untuk bersilaturahmi bukan sebagai jurang kehancuran kita bersama. Ingat, gunakan media sosial dengan bijak! Berhati-hatilah dalam membaca dan membagikan berita.
Selamat menyambut hari kemenangan J



0

Ini Ramadhanku, Gimana Ramadhamu?

Oleh:
Salsabila Arwa Sajidah

Gambar terkait

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah kita telah sampai kembali di bulan yang dirindukan, yaitu Bulan Ramadhan. Bulan dimana berkah dan karuniaNya selalu tercurahkan. Bulan dimana pahala dan rahmat tak perlu lagi dirisaukan. Berjuta nikmat dan hidayah tak akan lupa Allah turunkan, untuk seluruh hambaNya yang menantikan. Sungguh istimewa bulan Ramadhan. Semoga kita selalu dalam rahmat dan lindungan. Aamiin..
Nah, berhubung bulan ini itu special abis plus super duper keren, masa sih kita ga ikut-ikutan keren? Ga boleh banget pokoknya kalo kita ga memanfaatkan momen berharga ini untuk ikutan eksis bareng di bulan Ramadhan. Harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dong ya pastinya. Inget! Ramadhan cuma dateng sekali lo setahun. Yakin mau disia-siain?
Tapi gimana sih caranya biar kita bisa ikutan jadi eksis dan keren di bulan ini? Pastinya dengan melakukan perbuatan yang keren juga dong. Apalagi kalo bukan melakukan sunnah-sunnah Rasulullah SAW di bulan Ramadhan. Emang apa aja sih sunnah-sunnah rasul yang dianjurkan di bulan Ramadhan? Eits.. jangan salah.. banyak banget lho yang bisa kita lakukan. Beberapa diantaranya yaitu makan sahur, memperbanyak sholat sunnah, membaca Al-Qur’an, beri’tikaf atau berdiam diri di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepadah Allah SWT serta memberi makan untuk berbuka puasa. Kali ini yuk kita bahas lebih lanjut mengenai memberi makan untuk berbuka puasa.
Nah untuk kalian para anak kostan, pasti sangat diuntungkan banget dong dengan banyaknya para hamba Allah yang membagikan makanan untuk berbuka puasa. Kapan lagi ya kan kita bisa makan gratis plus kadang dapat ilmu tambahan juga. Loh kok bisa? Iya dong, soalnya di beberapa masjid yang membagikan makanan untuk berbuka pasti sebelumnya diadakan kajian sambil menunggu datangnya waktu berbuka. Top banget deh. Jadi ga cuma perut aja nih yang dikasih makan, otak juga dong.
Terus kenapa sih berbagi dalam bulan Ramadhan ini sangat dianjurkan? Hal ini dikarenakan anjuran untuk berbagi di bulan Ramadhan tersebut telah disampaikan oleh Ibnu Abbas ra. dalam hadist berikut  

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angina yang berhembus.” (HR. Bukhari, no. 6)

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana segala macam pahala dilipat gandakan. Orang berlomba-lomba melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Salah satunya yaitu dengan berbagi. Tak hanya makanan yang dibagikan, tapi dapat juga berupa hal lain seperti sembako, baju, uang dll. Oleh sebab itu, bulan Ramadhan ramai sekali dengan orang-orang yang ingin berbagi terhadap sesama.
For your information aja nih, berbagi itu asik dan adiktif banget lo. Loh kok bisa? Karena dengan berbagi kita dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Apalagi kata Allah berbagi itu bukan mengurangi rezeki kita, tapi malah justru menambah. Tambah deh kita jadi kecanduan berbagi kalo gitu kan? Hehehe.. Subhanallah.. Keren banget deh pokoknya matematikanya Allah.
Nah cukup sekian artikelku kali ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya ya.. Selamat Berbagi.. J

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sumber:
0

Cerpen Ramadhan

Hasil gambar untuk Ramadhan
Oleh:
Pramestya Wahyu Ambangsari

"Cuy, makalah udah direvisi?"
"Astaghfirullah, sori sori, semalam aku rapat buat acara besok pagi."
"Waduh, padahal terakhir dikumpulin nanti sore."
"Ntar kucoba selesaiin pas kelas deh."
"Ya, oke. Tolong banget, ya. Sori nggak bisa bantu lagi, aku udah keburu deadline lain."
"Oke nggak apa. Maaf yaa."

Panggilan suara berakhir setelah aku menginjak lantai dua gedung kampus. Lelah. Ini nggak sekadar lelah karena lari dari parkiran saat puasa, tapi lebih dari itu.

Sebulan ini, perkuliahan hectic. Semua mata kuliah minta jadwal tambahan. Semua organisasi ngejar proker. Semua orang menuntut orang lain. Semua jadwal bertabrakan saling mementalkan yang lain.

Lelah. Bahkan ada keinginan untuk menyerah. Tapi, aku bukan orang yang meninggalkan tanggung jawab begitu saja. Aku masih akan mengerjakan sekalipun nggak sempurna.

Kenyataannya, semuanya malah berantakan. Pekerjaan-pekerjaan yang nggak tuntas karena harus disambi pekerjaan lain, pikiran-pikiran yang nggak tuntas mengalirkan ide, dan tenaga-tenaga yang nggak tuntas menyelesaikan satu masalah. Semuanya seperti telur setengah matang. Yang aku sendiri nggak doyan.

Lelah. Sumpah. Bukan ini yang aku mau di bulan ramadan tahun ini. Aku ingin menyelesaikan satu-satu tugas duniawiku, mencari amalan akhirat, dan menjadi orang yang tenang. Sama sekali bukan ini.

Ramadan tahun ini, anggap saja nihil!

Aku hanya mengejar dunia setelah aku berpikir untuk bisa membaca satu juz setiap hari. Aku masih saja mengejar dunia setelah aku berpikir akan mengaji di maskam. Aku masih saja mengejar dunia setelah aku ingat tahun lalu aku malah cuma nonton drama Korea. Aku masih tetap mengejar dunia setelah ayahku mengirim pesan, 'Jaga kesehatan, baca Alquran.'.

Rasanya pengen menangis. Menyesal kenapa waktu begitu cepat kuhabiskan untuk sesuatu yang hasilnya pun tidak pasti, duniawi.

Tapi, apa udah cuma mau ngeluh gitu doang? Nggak. Sama sekali nggak. Aku sadar ramadan tahun ini parah banget amalanku. Tapi ini berhasil membuatku ingat, "Don't wait for the perfect moment. Take the moment and make it perfect."

Humanistiklah.

"Makalah udah ditaruh di meja dosen?"
"Udah kok."
"Oke makasih. Betewe, besok datang rapat bisa?"
"Wah, sorry banget. Besok jadwalku buat pulkam. Aku harus pulkam cepet mumpung masih ramadan. Laporan dari divisiku udah kucatatin kok. Nanti kukirim ke kamu."
"Ya udah kalo gitu, kutunggu ya. Hati-hati di jalan juga."
"Thanks banget ya."

"Oke sami-sami."
0

Mengenalmu


Oleh:
Zulham Armashaf

Hasil gambar untuk Globe al idrisi

Mengenalmu butuh waktu
Hari, minggu, bulan, bahkan tahun
Hanyalah hitungan yang singkat
Berabad-abad pun masih belum cukup
Dan itu bukanlah suatu hiperbola

Kamu, Bumi

Bumi adalah rumah bagi makhluk-makhluk ciptaan Allah swt. Berjalan kesana-kemari dan bisa kita saksikan keindahan yang tiada kiranya. Gunung-gunung menjulang tinggi, kokoh, serta gagah. Sungai-sungai mengalir lembut tenangkan hati yang kalut. Langit sebagai atap yang gemar berubah muka dijamin manjakan mata.
Tidak sekadar menjadi saksi, kita pun bisa bertanya-tanya (wonder) dan berpikir mengenai ciptaan-Nya. Sebab di dalamnya tersimpan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah swt. befirman yang artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)
Alam semesta beserta isinya, terutama bumi, telah direnungi oleh berbagai bangsa dalam rentang waktu yang sangat lama. Berbeda dengan apa yang kita ketahui sekarang, dahulu umat manusia memiliki keyakinan bahwa bumi berbentuk datar. Sejarah mencatat bahwa alam tempat kita tinggal ini telah direnungi oleh bangsa-bangsa jauh sebelum kita lahir. Bangsa Mesir dan Babilonia menggambarkan bumi sebagai piringan yang mengapung di atas lautan.  Pemikiran seperti ini disetujui oleh para penyair pada jaman Yunani Kuno, seperti Homeros dan Hesiodos, dalam karya-karya mereka. Begitu pun dengan para filsufnya, Thales, menurut beberapa sumber, Leukippos dan Demokritus, menurut Aristoteles.
Tidak semua filsuf Yunani Kuno sependapat dengan Thales, Leukippos, dan Demokritus. Terhitung sejumlah filsuf membantah pemikiran mereka, seperti Pythagoras, Parmenides, Plato, dan Aristoteles. Didukung dengan hitungan matematis, mereka berargumen bahwa bumi berbentuk bulat. Meski begitu mereka masih meyakini bahwa bumi merupakan pusat alam semesta.
Pemikiran bahwa bumi sebagai pusat alam semesta atau yang disebut dengan model geosentris bertahan hingga berabad-abad lamanya. Hal ini berubah ketika seorang dari Polandia bernama Nicolaus Copernicus (1473-1543) menantang pemikiran ini melalui karyanya, De Revolutionibus orbium coelestium (On the Revolutions of the Celestial Sphere). Di dalam karyanya itu, dia mengemukakan bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta, melainkan bumi bersama planet-planet lainnya mengelilingi Matahari sebagai pusat tata surya  atau disebut dengan model heliosentris. Publikasi karyanya merupakan peristiwa besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang membalikkan pemikiran yang lama dan menukarnya dengan yang baru.
Demikianlah cerita singkat mengenai renungan-renungan manusia atas tempat tinggalnya bernama bumi. Berkat hasil berpikir yang telah dikaruniai Allah swt. terungkaplah keesaan dan keagungan-Nya.
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 191)
0

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com